Utang Yang Produktif, Jangan Konsumtif

Tak ada cara lain dari oposisi Jokowi untuk menyerang beliau dengan isu yang diulang terus menerus. Salah satunya adalah soal utang Indonesia.

Ada teman pengusaha yang sebelum krisis moneter usahanya berkembang pesat. Hartanya terus tumbuh seiring bertambahnya perusahaan dibawah kendalinya. Namun  ketika krisis moneter 1998, hanya hitungan bulan, usahanya bangkrut dan assetnya masuk program BPPN. Bukankah dia kaya dan perusahaannya banyak? Mengapa sampai bangkrut begitu cepat ?  Apakah benar karena kurs rupiah yang terjun bebas? Kalau saya telaah keadaan ketika krismon, baik dunia usaha maupun pemerintah sudah bangkrut jauh sebelum krismon. Krismon hanya terompet kematian saja. Mengapa ? Secara intelektual dan spiritual memang fondasi rapuh. Apa penyebab sesungguhnya ?

Ketika penerimaan tinggi, pertumbuhan usaha juga tinggi namun hutang terus di gali. Peningkatan utang memang lebih rendah dibandingkan peningkatan harta karena adanya laba. Tapi harta itu sebagian besar berupa harta tidak produktif. Para pengusaha ketika itu berlomba lomba menumpuk harta pribadi didalam maupun luar negeri. Gaya hidup mereka benar benar seperti orang miskin mendadak kaya. Tak ubahnya dengan boss First Travel. Dan ketika penerimaan jatuh, kemampuan berhutang juga turun maka sudah dipastikan perusahaan tumbang begitu cepat. Mengapa harta yang ada tidak bisa menyelamatkan? Harta itu sebagian besar berupa tanah, bangun dan kendaraan juga segala aksesoris hidup mewah. Itu harta ketika dibeli adalah asset tidur dan ketika hendak di jual juga tidak mudah. Ada harta , ada harga tapi pasar tidak tersedia meresponse cepat.

Begitu juga halnya dengan negara. Peningkatan penerimaan dari SDA dengan diikuti menigkatnya GNP sangat luar biasa. Hutangpun terus digali. Tapi peningkatan GNP itu tidak punya value dan sebagian besar kntribusi PMA akibat penguasan SDA. Dan ketika krismon terjadi, seluruh asset yang ada nilainya hanya 30 %. Seketika GNP drop maka perbandingan GNP terhadap hutang mencapai lebih 100%. Pertumbuhan ekonomi langsung drop. Stuck terjadi dimana mana. Indonesia butuh 6 tahun untuk keluar dari krisis. Di Era SBY, ternyata sistem Orba kembali diterapkan. Penerimaan negara dari SDA akibat harga komoditas utama naik dipasar dunia , bukannya di pakai untuk peningkatan asset produktif ( pembangunan trans Papua, Kalimantan, Sumatera dll )  malah sebagian besar masuk asset non produtif yang berongkos mahal dan subsidi Rp. 3000 triliun dibakar untuk BMM selama 10 tahun berkuasa. Memang hutang tumbuh relatif kecil persentasenya dibandingkan peningkatan GNP, tapi itu GNP tidak punya value.

Dampaknya, tahun 2011 sampai 2013 terjadi neraca perdagangan mengarah ke defisit dan hutang mulai di kerek untuk menutupi defisit. Menjalng akhir masa jabatan SBY , Current acount kita sudah merah mendekati insolvent.

Untunglah Jokowi terpilih sebagai presiden. Dia tanpa banyak menanti dalam wacana,  langsung melakukan restruktur APBN dengan lebih besar pos belanja fiskal daripada konsumsi dan subsidi. Ketika itu seluruh elite politik tidak berani karena takut resiko politik akan menimbulkan Chaos.

Tapi Jokowi sebagai risktaker tetap dengan agendanya. Go Go ! Penghematan atas belanja pegawai dilalukan di ratusan pos anggaran. Hasilnya bisa dilihat pertumbuhan hutang meningkat lebih tinggi daripada GNP, dan namun Pemupukan Modal Tetap Bruto negara juga meningkat. Makanya pertumbuhan ekonomi ditengah krisis global tetap terjadi, dan hutang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa ada goncangan makro ekonomi. Terbukti rasio Debt to GNP tetap dibawah 30%. Artinya hutang yang ada semua masuk ke sektor produksi dan investasi dan ini menambah value GNP. Tidak ada hutang untuk subsidi dan asset tak produktif.  Dan ini dimasa depan akan jadi mesin pertumbuhan yang efektif untuk membuat indonesia semakin mandiri..
Proyek LRT Cawang, Jaktim, Agustus 2017

Jadi Indonesia tidak krisis utang tapi justru utang meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemupukan modal bruto dalam bentuk infrastruktur ekonomi, dan model ini menjadikan indonesia punya unlimited financial resource di money market..engga perlu lagi ngemis dengan negara lain atau ngemis dengan Worldbank untuk berhutang.

Cara Jokowi sederhana, dia tidak memaknai uang dan utang  seperti tukang jual sprei online tapi uang seperti cara berpikir Warren Buffet :
Create value and then financial resource will follow you.

Btw habis ini isunya Jokowi komunis, syah, Kristen. Kalo periuk nasi bungkusny diganggu dibilanglah anti Islam. Padahal sebagian besar Islam Indonesia mendukung Jokowi.
Nanti taun depan diulang lagi isunya. Terus begitu sampai 2019. Mudah2 an cyber2 army menyebalkan ini bisa cepat ditangani dan diselesaikan oleh aparat.

Comments

Popular Posts