Pengemis Dadakan, Rutinitas Tahunan Wihara Dharma Bhakti

Imlek 2566 tahun kambing emas yang menurut penanggalan masehi jatuh pada 18 Pebruari 2015  adalah berkah bagi semua orang. Di sekitar kawasan Glodok Pancoran, sampai Jl Petak Sembilan Jakarta Barat, pada Rabu (17/2/2015), ribuan orang datang membeli pernak-pernik Imlek seperti hio, lilin, dodol, baju khas Tionghoa dan amplop ang pao.
Ribuan orang yang berasal dari Jabodetabek datang memenuhi kawasan sekitar Jalan Kemenangan, salah satunya wihara tertua di Jakarta, Dharma Bhakti yang berdiri sejak 1650. Yang datang ke sini tak hanya mereka penganut Kong Hu Cu yang beribadah ingin menyambut Imlek, tapi juga sejumlah fotografer amatir, turis, dan pengemis.

Ribuan pengemis yang datang silih berganti dari Jabodetabek, menurut pengunjung wihara ada yang mengkoordinir, duduk menunggu di wihara yang luasnya lebih kurang 3000 meter persegi itu.
Sejak siang hari mereka hanya duduk di halaman wihara, menunggu makan sore yang disediakan oleh pihak wihara. Gerimis yang turun tak mereka pedulikan, mereka membawa payung.
Selepas jam 20.00, tibalah saat yang mereka tunggu, menerima sedekah dari pihak wihara dan para pengunjung wihara.
Salah seorang umat Kong Hu Cu mengatakan, hal ini sudah berlangsung puluhan tahun. Pengemis dadakan ini rela menunggu hingga tengah malam, dimana makin banyak orang yang datang berdoa disini. Mereka berharap makin banyak umat yang memberi sedekah. Padahal jumlah uang yang dibagikan tak seberapa, anak kecil dibagi uang receh Rp 500 sebanyak 4 keping, orang dewasa mendapat Rp 2000 per orang.

Tapi tak semua wihara menerapkan hal seperti ini. Di wihara Amurva Bhumi, jl Dr Satrio Jakarta Selatan, mereka memilih memberikan sumbangan pada kelurahan setempat untuk diberikan pada warga miskin di sekitar mereka. Biasanya berupa beras. Tujuan pihak pengelola wihara agar umat lebih khusuk beribadah



Comments

Popular Posts