Jangan Terus Melihat Ke Atas, Coba Tengok Ke Bawah

Cuaca panas terik di pelabuhan kapal kayu Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Sejak fajar menyinsing, kuli panggul disana melakukan rutinitas sehari-hari, mencari upah dengan membantu memindahkan barang muatan dari kapal kayu ke truk angkutan. Panas, debu,  ampas kaolin (bahan pembuat kosmetik dan sabun) adalah makanan sehari-hari. Tubuh hitam legam terbakar matahari.

Sore hari, mereka menerima upah, paling tinggi berkisar Rp 85 ribu per orang perhari. Ketika cuaca buruk, kapal tak banyak masuk pelabuhan, paling tinggi mereka menerima Rp 30 ribu. Upah itu mereka gunakan untuk membayar makan minum sehari-hari di pelabuhan, sisanya untuk anak istri di kontrakan mereka.
Artinya dengan pendapatan ala kadarnya, mereka harus menghidupi diri dan keluarga mereka.

Situasi ini sangat kontras dibanding buruh pabrik otomotif atau industri besar, yang lebih lumayan dibanding kuli panggul di Sunda Kelapa. Wahai buruh pabrik, jangan terus melihat ke atas, lihat ke bawah, masih ada yang lebih buruk dibanding kalian


Comments

Popular Posts